Museum Kereta Api Ambarawa

Museum Kereta Api Ambarawa

Sekilas tentang museum kereta api ambarawa

Kota ambarawa sejak jaman hindia belanda merupakan daerah militer, sehingga raja willem I berkeinginan untuk mendirikan bangunan stasiun kereta api guna memudahkan mengangkut pasukannya untuk menuju semarang. Maka pada tanggal 21 Mei 1873 dibangunlah stasiun kereta api ambarawa dengan luas tanah 127. 500 m2.

Masa kejayaan stasiun ambarawa yang lebih dikenal dengan sebutan WILLEM I, dihentikan pengoperasiannya sebagai Stasiun Kereta api dengan jurusan Ambarawa – Kedungjati – semarang. Dan tahun 1976 untuk lintas Ambarawa – Secang – Magelang juga Ambarawa – Parakan – Temanggung.

Dengan ditutupnya Stasiun KA Ambarawa, maka pada tanggal 8 april 1976 gubernur Jawa Tengah Bapak Soepardjjo Rustam bersama kepala PJKA Ekploatasi Soeharso memutuskan Stasiun Ambarawa dijadikan musem kereta api, dengan mengumpulkan 21 buah lokomotif yang pernah andil dalam pertempuran khusunya mengangkut tentara Indonesia.

Museum kereta api ambarawa ini terletak 37 km dari semarang, 81 km dari yogyakarta dan 63 km dari solo. Untuk masuk ke dalam museum ini kita cukup membayar Rp. 3000, – untuk orang dewasa dan Rp. 2000, – untuk anak-anak. Pertama kali masuk ke museum ini kita akan menjumpai sebuah penggalan roda dan rel kereta api bergigi yaitu suatu bangunan rel kereta api yang digunakan untuk jalan menanjak (setahu penulis rel ini di Indonesia hanya ada di Ambarawa). Di belakangnya ada bangunan stasiun kuno bertuliskan WILLEM I.  Ada 21 buah lokomotif baik yang berbahan bakar kayu maupun batu  bara  tampak tertata dengan rapi di museum ini. Setiap pengunjung dapat naik dan melihat kedalam ruang masinis lokomotif ini untuk melihat instalasi bahan bakar dan ruang kemudi lokomotif-lokomotif tua ini.

Memasuki ruang galeri (dulunya ruang pegawai kereta api ) kita dapat menyaksikan benda-benda kuno peninggalan jaman belanda lainnya seperti pesawat telegram morse, pesawat telepon kuno, stempel pejabat stasiun kereta api jaman Belanda, dan berbagai macam koleksi lainnya.
Koleksi Museum Kereta Api Ambarawa

Selain koleksi-koleksi kuno tersebut kita juga bisa menikmati perjalanan wisata dengan rute Ambarawa – Bedono menggunakan kereta kuno yaitu menggunakan kereta wisata bergigi yang berbahan bakar kayu jati. Untuk menikmati perjalanan selama kurang lebih 2 jam ini kita harus mencharter kereta tersebut seharga Rp 3.250.000, – .

Bagi anda yang tidak punya cukup uang, tidak usah berkecil hati  anda bisa menikmati wisata kereta yang lain yang tak kalah serunya yaitu Lori Wisata jurusan Ambarawa – Tuntang. Untuk menikmati perjalanan wisata ini, Anda hanya cukup merogoh kocek sebesar Rp. 10.000,-. Berbeda dengan kereta jurusan Ambarawa – Bedono Lori Wisata Ambarawa – Tuntang ini tidak bergigi dan berbahan bakar bensin. Begitu lori dengan kecepatan kurang dari 50 km/jam ini keluar dari stasiun Ambarawa kita akan menjumpai perkampungan penduduk kita dapat menyaksikan berbagai macam aktifitas warga disekitar rel ini. Ada yang menarik dari kereta ini, dalam lori ada orang yang bertugas sebagai pengatur lalu lintas yaitu setiap akan menjumpai perempatan orang ini turun berlari ke perempatan tersebut untuk menghentikan kendaraan yang akan lewat.

Setelah keluar dari perkampungan mata kita akan dibuai oleh indahnya hamparan sawah dan pemandangan pegunungan andong dan Merbabu. Tak hanya itu beberapa menit kemudian kita akan melewati rawa pening, di sini kita dapat menyaksikan orang-orang memancing sambil mengendarai perahu-perahu kecil. Ada juga perahu-perahu besar yang digunakan untuk mengambil sdimentasi enceng gondok di rawa ini. Setelah setengah jam perjalanan kita akan sampai di Stasiun Tuntang. Disini kita akan menyaksikan stasiun kecil yang bergaya arsitektur eropa kuno. Disini Lori hanya akan berhenti sebentar dan kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Stasiun Ambarawa.

Pemandangan Di Sekitar Rel Lori

Leave a comment